Pelajaran penting bahwa kita bukan hanya dituntut untuk berilmu tetapi juga mengamalkan ilmu yang telah kita miliki.
Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata,
“Baiknya seseorang bukanlah hanya mengetahui (mengilmui) kebenaran saja, tanpa adanya amalan mahabbah (cinta), tanpa adanya rasa ingin melakukan amalan dan enggan beramal itu sendiri. Juga bukanlah bahagia jika seeorang mengilmui tentang Allah, mengetahui hak-hak-Nya, namun tidak ada rasa mahabbah (cinta), enggan beribadah kepada Allah dan enggan pula mentaati-Nya. Bahkan ketahuilah bahwa seberat-beratnya adzab pada hari kiamat adalah siksaan yang didapati seorang ‘alim namun sama sekali Allah tidak memberi manfaat pada ilmunya (artinya, ia tidak mengamalkan ilmunya, pen).
Sudah dimaklumi, iman adalah iqror, tidak hanya sebatas pada tashdiq (membenarkan semata, atau hanya berilmu saja, pen). Iqror itu berarti ada di dalamnya perkataan lisan (yaitu tahsdiq) dan amalan hati (yaitu keyakinan) [artinya: harus juga ada amalan, pen].”
Sumber: Majmu’ Al Fatawa, Ibnu Taimiyah, 7/568 & 638
***
Setelah kita mengilmui sesuatu amalan–misalnya–, maka amalkanlah karena ilmu tiada guna jika tanpa amalan. Seseorang tidak dikatakan baik jika hanya berilmu sedangkan amalan tidak ada. Berilmulah setelah itu beramal. Amalan tanpa ilmu jadi sia-sia, ilmu tidak membuahkan amalan pun tidak menunjukkan kebaikan.
Finished while adzan Maghrib in KSU, Riyadh, KSA, on 22 Dzulqo’dah 1431 H (30/10/2010)
Muhammad Abduh Tuasikal
Artikel asli: https://rumaysho.com/1352-berilmu-namun-enggan-beramal.html